LEWOLEBA – Yaspensel Keuskupan Larantuka menggelar makan dan diskusi pangan baik bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lembata dan Koalisi Pangan Baik bertempat di aula Perpustakaan Goris Keraf, Selasa, 20 Agustus 2024.
Program Manager Maria Loreta menjelaskan, program Amplyfing Voice for Just Climate Action (VCA) merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk menanggapi krisis iklim bagi bumi dan masyarakat. Progam ini dijalankan jejaring sejumlah lembaga pemberdayaan dengan dukungan Yayasan HIVOS.
Dijelaskannya, ada tiga jejaring yang melaksanakan progam VCA di Kabupaten Lembata. Yaspensel Keuskupan Larantuka dalam jejaring Koalisi Pangan BAIK (Beragam, Adaptif, Inklusif dan Ko-kreasi) yakni Yayasan Kehati dan KRKP (Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan). Yang kedua adalah LSM Barakat dalam koalisi ADAPTASI dan beberapa komunitas anak muda yang tergabung dalam Koalisi KOPI.
Dia menjelaskan, Pangan BAIK (Beragam, Adaptif, Inklusif, Ko-kreasi) merupakan pangan berisi dua hal konsumtif manusia yakni makanan dan air. Pangan BAIK merujuk pada sedikitnya empat indikator sebuah sistem pangan ideal yang saling terkait, bagi terbangunnya sistem pangan yang berkelanjutan.
“Beragam itu tentang sistem pangan yang memberi ruang bagi keberadaan keanekaragaman hayati sumber pangan. Adaptif adalah tentang sistem yang memungkinkan dan mendukung budidaya tanaman pangan yang punya kemampuan penyesuaian diri dengan konteks Lembata (iklim, tanah dan kondisi sosial). Inklusif, berkaitan dengan penghargaan yang bermakna pada semua elemen yang terlibat dalam sistem pangan berkelanjutan (manusia, ekosistem dan aspek sosial),” terang Maria Loreta.
Pegiat pangan lokal sorgum ini menjelaskan, Ko-kreasi menekankan pada kerja kolaboratif multi pihak untuk keberlanjutan sistem pangan (kebijakan, aksi, praktik baik, kampanye-penyebarluasan, replikasi, apresiasi).
Di Lembata, lanjutnya, Koalisi Pangan BAIK memulai upaya menuju Pangan BAIK dengan pelibatan dan peningkatan kapasitas anak muda dan kelompok rentan adalah strategi yang digunakan. Komunitas ini disebut Local Champion dan sebagian besar ada di desa yakni Desa Tapobali Kecamatan Wulandoni dan Desa Hoelea 2 Kecamatan Omesuri.
Pangan dan air, urainya, adalah dua isu utama yang dikerjakan. Para Local Champion telah terlibat mulai dari kajian terkait pangan-air dan pertanian di tengah gangguan krisis iklim.
“Mereka juga sudah belajar tentang bagaimana membangun pola adaptasi dan mitigasi. Keseluruhannya tentang sistem pangan, air dan pertanian,” terangnya.
Sementara staf Yaspensel Lembata Ben Assan menambahkan, pada 2024, Lembata akan merayakan 25 tahun usianya. Momen pesta perak ini harus juga dirayakan dengan memberi ruang, mendengarkan dan bersama anak muda mendiskusikan berbagai jalan keluar aksi, edukasi dan kebijakan terkait pangan, air, pertanian dalam semangat beradaptasi dan memitigasi perubahan iklim yang sangat mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan masyarakat.
Ia menjelaskan, Yaspensel bersama Koalisi Pangan BAIK bersama jejaring lain, memandang perlu mengisi momen strategis Pesta Perak Lembata, untuk memberikan ruang berbagi antara masyarakat, pemerintah dan semua elemen terkait nasib pangan BAIK bagi masa depan Lembata.
“Ruang berbagi ini dikemas dalam sebuah acara “Makan dan Omong-omong Pangan BAIK Lembata Untuk Sistem Pangan Lembata yang berkelanjutan” terang Ben Assan.
Dia menguraikan, makan dan Omong-omong Pangan BAIK Lembata untuk Sistem Pangan Lembata yang Berkelanjutan merupakan ruang kolaborasi multipihak untuk berbagi cerita, sharing ilmu pengetahuan dan keterampilan, menemukan berbagai kendala dan dampak perubahan iklim bagi keberlanjutan ketersediaan sistem pangan-air-pertanian di masa yang akan datang setelah perayaan 25 tahun Kabupaten Lembata.
“Apa yang dibicarakan akan ada dalah tiga skema besar Pesta Perak Lembata yakni tentang Keselamatan Manusia, Keselamatan Lingkungan dan berkorelasi dengan sejarah panjang interaksi masyarakat Lembata utamanya tentang Pangan-Air-Pertanian,” katanya dn menambahkan, “Anak-anak muda bersama Koalisi Pangan BAIK akan sharing tentang sejumlah temuan dan rekomendasi. Sharing ini akan didukung referensi ilmu pengetahuan, kebijakan, program dan kegiatan dari para pemangku kepentingan”.
Diskusi, lanjutnya, akan bermuara pada penemuan, kesepakatan dan rekomendasi untuk Kebijakan, edukasi, penyebarluasan-penyadaran-edukasi dan aksi untuk pangan, air, pertanian berkelanjutan bagi bumi dan masyarakat Lembata. (Tim LembataNews)