Plh Sekda Lembata Irenius Suciadi memutar kran air pada acara pengresmian dan serah terima infrastruktur air bersih yang dibangun Yayasan Plan Indonesia di Desa Mahal dan Mahal 2, Kecamatan Omesuri, Sabtu, 14 Juni 2024 disaksikan petinggi Plan Indonesia dan Kepala Desa.
LEWOLEBA – Krisis air bersih masih menjadi isu utama yang berdampak terhadap pemenuhan hak-hak anak, terutama anak perempuan, agar terhindar dari stunting di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk menjalankan misi pemenuhan akses air bersih, Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) membangun infrastruktur air bersih di Desa Mahal danahal 2, Kecamatan Omesuri.
Pembangunan infrastruktur ini merupakan realisasi dari charity run Jelajah Timur Plan Indonesia yang berlangsung di Lembata pada tahun 2021.
Setelah dibangun, maka pada Sabtu, (14/6/2024), Plan Indonesia meresmikan dan menyerahkannya kepada pemerintah dan warga masyarakat Desa Mahal dan Mahal 2.
Adita Irawati, anggota Dewan Penasehat Plan Indonesia sekaligus salah satu pelari Jelajah Timur mengungkapkan, melalui Jelajah Timur, mereka menggalang dana untuk memastikan akses terhadap air bersih bagi anak-anak serta komunitasnya di bawah 30 menit.
Sehingga, lanjutnya, anak-anak dapat belajar dan bermain serta terlindungi dari kekerasan.
“Upaya ini juga untuk mencegah stunting dengan memastikan biaya air dapat dialokasikan untuk makanan sehat dan bergizi,” kata Adita Irawati.
Sementara itu, Nazla Mariza, Influencing and Programme Implementation Director Plan Indonesia yang hadir saat serah terima sistem air bersih di Lembata mengatakan, akses air bersih adalah hak dasar setiap orang. Akses ini menjadi salah satu dari lima fokus pemenuhan hak dasar anak-anak sponsor Plan Indonesia di NTT.
“Hingga hari ini, Plan Indonesia di Kabupaten Lembata telah membangun sistem air bersih di enam desa yang telah memberi manfaat bagi 3.567 individu,” terangnya.
Yohanes Guido Tua, Kepala Desa Mahal 2 mengapresiasi pembangunan infrastruktur air bersih berkelanjutan ini.
Menurutnya, masyarakat di dua desa ini kesulitan mengalirkan air karena sumbernya berada lebih rendah dari permukiman.
Selama ini, katanya, masyarakat mengandalkan air hujan, mobil tangki air, atau berjalan sekitar 60 menit untuk mengambil air dari mata air.
“Dengan adanya sarana air bersih, masyarakat desa bisa memangkas pengeluaran rumah tangga yang sebelumnya mencapai dua ratus ribu rupiah per bulan untuk membeli air dari mobil tangki. Fasilitas ini mendukung upaya desa dalam menekan angka stunting sesuai dengan roadmap stunting 2023-2024,” kata Yohanes Guido.
Sementara Kepala Desa Mahal Fransiskus Beni Orolaleng menambahkan, pada 2021 hingga 2022 jumlah stunting di Desa Mahal masih berada di angka 20 anak. Sejak pendampingan pencegahan stunting oleh Plan Indonesia, Desa Mahal sudah berhasil menekan angka stunting hingga tersisa dua anak dengan rentan usia di atas dua tahun, sedangkan 0 bulan sampai 24 bulan sudah mencapai zero stunting.
“Kami akan memaksimalkan sarana air bersih ini untuk menekan angka stunting menjadi zero. Setelah serah terima kami akan menggelar musyawarah lintas dua desa untuk menyepakati iuran swadaya masyarakat sebagai biaya operasional pengelolaan, pemeliharaan dan pegembangan sarana air bersih ini,“ tegas Fransiskus Orolaleng.
Infrastruktur air bersih berkelanjutan di Desa Mahal dan Desa Mahal 2 memungkinkan air dari Mata Air Wei Lariq mengalir ke permukiman menggunakan metode antigrafitasi. Sehingga, masyarakat tidak perlu berjalan jauh untuk mengakses air bersih.
Air lalu dipompa ke tandon yang berada 2.000 meter (2 Km) di atas mata air, yang kemudian didistribusikan ke tugu-tugu kran yang tersebar di dua desa.
Sebelumnya Penjabat Bupati Lembata Paskalis Ola Tapo Bali USA audiensi dengan Plan Indonesia, Rabu, 11 Juni 2024 mengapreasiasi seluruh kerja Plan Indonesia di Kabupaten Lembata termasuk upaya dalam mendukung pemerintah Kabupaten Lembata meningkatkan akses air bersih bagi masyarakat.
Ia juga menghimbau kepada masyarakat di desa-desa dampingan Plan Indonesia, khususnya Desa Mahal dan Desa Mahal 2 yang telah mendapatkan dukungan sarana prasarana air bersih untuk menjaga dan merawatanya dengan baik.
“Semua manusia sangat merindukan air bersih. Akses terhadap ketersediaan air bersih adalah salah satu bagian penting dalam upaya menurunkan dan mencegah stunting serta mewujudkan PHBS dan STBM. Setelah serah terima dari Plan Indonesia kewenangan pengelolaan air bersih akan sepenuhnya berada dalam tanggung jawab masyarakat. Harapan kami masyarakat menggunakan sarana air bersih ini dengan efektif dan secara sukarela bertanggung jawab untuk pemeliharaan dan pengembangannya,” tegas Paskalis Tapobali.
Jelajah Timur adalah charity run oleh Plan Indonesia yang telah berlangsung sejak 2019 dan berhasil mengumpulkan Rp 8,1 miliar total pendanaan proyek. Kampanye ini juga telah memberikan manfaat bagi 17.588 anak dan warga di berbagai daerah dampingan Plan Indonesia, termasuk Kabupaten Lembata. (Plan/Tim LembataNews)