LEWOLEBA – KELANGKAAN BBM yang terjadi selama satu minggu belakangan di Kota Lewoleba, Kabupaten Lembata langsung mendapat respons positif dari Bupati Petrus Kanisius Tuaq dan Wakil Bupati Muhamad Nasir.
Setelah pada Senin, 10 Maret 2025 turun langsung memantau kondisi kelangkaan dan antrean panjang di SPBU Lamahora dan SPBU Tanah Merah, Desa Laranwutun, Kecamatan Ile Ape, menurut rencana pada Selasa, 11 Maret 2025, pemerintah segera memanggil pengelola tiga SPBU yang ada di Kota Lewoleba.
Bupati Kanis Tuaq di hadapan pimpinan dan anggota DPRD Lembata saat rapat kerja pada Senin, 10 Maret 2025 menjelaskan, menyikapi persoalan kelangkaan BBM yang menyebabkan antrean panjang di SPBU, ia dan Wakil Bupati sudah turun memantau langsung di SPBU Lamahora dan SPBU Tanah Merah.
Ia mengakui, persoalan ini akan segera disikapi dengan memanggil para manajer pengelola SPBU untuk mendapatkan penjelasan terkait permasalahan krylangkaan dimaksud, jangan sampai ini ada unsur pllitik, apakah ada yang mau sengaja menyebabkan kelangkaan untuk mencoba pemerintahan yang baru.
“Besok panggil manajer untuk rapat, apakah secara politik orang sengaja, kita harus cari tahu. Asal jangan masyarakat susah,” tegas Kanis Tuaq.
Surat undangan untuk para manajer sudah didistribusikan, dan Selasa, 11 Maret 2025 para pengelola SPBU akan bertemu untuk membahas persoalan dimaksud.
Kelangkaan BBM yang menimbulkan antrean panjang terjadi di SPBU Waijarang, SPBU Lamahora, SPBU Tanah Merah, dan SPBU Balauring.
Kelangkaan BBM jenis Pertalite dan Pertamax menimbulkan kenaikan harga jual di tingkat pengecer. Jika selama ini BBM jenis Pertalite dan Pertamax dijual seharha Rp20 ribu per botol besar, kini dijual seharga Rp30 ribu per botol dengan takaran sudah dikurangi seper empatnya.
Selain itu, jenis BBM yang dijual pun hanya Pertamax. Sedangkan Pertalite sudah tak ada lagi di para pengecer yang berjualan di pinggir jalan. (Tim LembataNews)