HOELEA – USKUP Keuskupan Larantuka Mgr Fransiskus Kopong Kung di penghujung masa penggembalaannya melakukan pentahbisan gereja Paroki Salib Suci Hoelea di Kedang, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata. Selain menahbiskan Gereja Salib Suci Hoelea, Uskup Kopong Kung juga meresmikan paroki baru yakni Paroki Santu Fransiskus Balauring, mekaran dari Paroki Salib Suci Hoelea.
Pentahbisan gereja dan pengresmin paroki baru itu dirangkai dalam misa meriah di Gereja Paroki Salib Suci Hoelea dipimpin Uskup Kopong Kung didampingi para imam konselebran.
Pantauan lembatanews.id, Minggu, 14 September 2025, umat Paroki Salib Suci Hoelea tumpah ruah memenuhi halaman gereja. Tampak hadir Bupati Lembata Petrus Kanisius Tuaq, Ketua DPRD Syafrudin Sira, dan sejumlah undangan lainnya.
Sebelum memasuki gereja, dilakukan pengguntingan pita oleh Mgr Fransiskus Kopong Kung disaksikan para imam dan seluruh umat. Uskup Kopong Kung lalu membuka pintu gereja setelah menerima kunci dari panitia pembangunan.
Setelah pintu gerbang dibuka seluruh umat langsung memasuki gereja dengan tertib dan teratur untuk mengikuti misa dipimpin Uskup Kopong Kung.
Dalam khotbahnya, Uskup Kopong Kung mengatakan, pada Minggu ini, gereja merayakan pesta Salib Suci dan Paroki Salib Suci mau memaknai perayaan khusus ini secara istimewa dengan pentahbisan gereja paroki dan mau bersyukur bahwa pada perayaan khusus Salib Suci sebuah paroki baru dilahirkan, didirikan, paroki baru dibentuk yaitu Paroki Santu Fransiskus Balauring, buah dari Paroki Salib Suci.

“Kita bersyukur atas peristiwa berahmat ini. Fokus perayaan pada Salib Tuhan, Salib Suci yang adalah jalan kebenaran dan kehidupan, sebagaimana Yesus berfirman ” Akukah jakan kebenaran dan kehidupan”, jalan kebenaran dan kehidukan itu Dia wartakan, Yesus laksanakan sebagai wujud ketaatan, kesetiaan-Nya kepada kehendak Allah untuk membebaskan dan menyelamatan manusia. Jalan itu adalah jalan salib. Pada salib kita menemukan jalan kehidupan itu, pada saliblah kita menemukan jalan keselamatan itu. Dalam salib itulah Allah telah meninggikan Putra-Nya Yesus Kristus penyelamat dunia,” tegas Uskup Kopong Kung.
Sebagai pengikutnya, lanjutnya, umat mengikuti-Nya dan terpanggil untuk menjadi saksi kehidupan ini. Maka kehidupan Kristiani, kehidupan orang-orang Katolik, kehidupan murid Tuhan tidak terpisah dari jalan salib Tuhan sebagaimana Yesus sendiri telah menegaskan “Setiap orang yang mau menjadi pengikut-Ku, ia harus menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Aku.

“Jalan ini adalah jalan kasih, jalan yang panjang, menyankal diri bukan hanya sehari. Memikul salib bukan cuma sesaat, jalan ini jalan panjang setiap hari sampai pada puncak seperti yang Yesus sendiri katakan ketika bergantung di salib dari sanalah Ia berseru dan berkata sudah selesai. Maka perjalanan sebagai murid Tuhan haruslah sebuah perjalanan sampai selesai. Menjadi saksinya di tengah dunia ini haruslah menjadi saksi sampai tuntas. Sampai selesai,” katanya.
Menyangkal diri memang tidak mudah, karena setiap umat punya ego, pasti setiap manusia ingat diri, ingat orang yang kuta dikasihi, ingat keluarga, suku. Egoisme menjadi hahaya. Dalam hidup menjadi pengikut Tuhan, dipanggil agar dalam hidup ini rela, berani menyangkal diri.
Di bagian lain kotbahnya, Mgr Kopong Kung juga menegaskan bahwa kita dipanggil menjadi murid dalam hidup ini. Salib, kasih yang tulus, kasih memberi dengan hati, memberi secara iklas, dan memberi terus menerus tanpa menghitung hari, tanpa batas, dan memberi secara terus menerus sampai pada puncaknya menyerahkan diri secara total, utuh kepada Tuhan. Demi keselamatan dunia, Yesus membuatnya itu dan memanggil semua pengikut-Nya untuk mengikuti-Nya.
Salib menjadi kebaggaan. Bangga menjadu pengikut, bangga dan mengorbankan diri terus menerus dalam hidup ini sampai pada puncaknya. Dan salib itu adalah kasih, dan tidak diukur berapa yang sudah diberikan, berapa banyak yang sudah dikorbankan. Karena salib, kita tidak bisa menghiting kebaikan, tidak bisa jasa. Sebetulnya ddi hadapan Allah kita tidak punya apa-apa.
Kita diberikan oleh Tuhan banyak dan tak henti. Kita dipanggil mengikuti Dia dalam memberikan kesaksian kasih pada salib-Nya.
“Hari ini Paroki Salib Suci yang berpelindungkan salib itu mengajak menghidupkan kembali kasih Tuhan yang berpuncak pada Salib. Kita diajak sebagai pengikut Yesus tiap hari harus sangkal diri karena hambatan terbesar adalah pada egoisme. Terkadang kita sukar memberi ketika hitung untung rugi, menimbang bahwa saya mau beri apa, saya tidak punya apa-apa, dan kalau saya memberi mungkin itu gang paling kecil. Bukan itu yang Tuhan tunggu dan Tuhan hitung. Ketika kita sangkal diri dan iklas hati memberi, di situlah arti kasih yang akan berpuncak pada salib Tuhan.”

Ia mengatakan, Paroki ini sudah banyak memberi, dan Tuhan sendiri yang melihatnya. Paroki ini berjuang, dalam keterbatasan dan kekuranan telah memberi dari hati, dari keluarga yang kecil dan sederhana, memberi dari selurub umat. “Gedung gereja ini kalau bukan karena kasih tidak mungkin berdiri semegah ini, kalau bukan pemberian dari hati para donatur, kalau tidak ada hati yang memberi tanpa perhitungan, mengenal siapa kita, itulah pemberian kasih sehingga hari ini diberkati. Terima kasih kepada para pastor yang bukan memberi materi, tapi memberi hati, pengorbanan. Semua kuta pasti ingat Romo Agus Guna yang berjuang sampai sakit dan meninggal dunia. Ini pemberian dia yang tidak boleh dihitung tapi itulah tanda kasih,” tandas Uskup Kopong Kung.
Pastor Paroki Salib Suci Hoelea Romo Frederikus Tutoama Saban dalam sambutannya menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Romo Agus Guna yang telah mendedikasikan hidupnya hingga meninggal dunia untuk membangun gereja ini.
“Romo Agus ketika itu mengejar target gereja paroki ditahbiskan pada perayaan imamatnya yang ke-25. Karenanya, pentahbisan gereja ini didedikasikan kepadanya yang merayakan perak imamat,” katanya. (Tim LembataNews)