* Hadirkan Psikolog Abdi Keraf
LEWOLEBA – MERESPON maraknya aksi bunuh diri yang terjadi pada generasi muda di Lembata akhir-akhir ini, mendorong Yayasan Plan Indonesia Program IIolemmentasi Area (PIA) Lembata menggelar forum pelatihan peningkatan kapasitas dan dukungan kesehatan mental kepada guru Bimbingan Psikologi (BP) di Ballroom Olimpic Resto Lewoleba, Rabu, 26 Februari 2025.
Sebanyak 28 guru BP dari 28 skolah di Kabupaten Lembata, diajak untuk ikut merefleksikan, meneliti serta bertindak cepat guna mencegah aksi bunuh diri yang belakangan marak terjadi di kalangan generasi muda di Lembata.
Yayasan Plan Indonesia PIA Lembata menghadirkan Abdi Keraf, psikolog dan Dosen Psikologi Undana Kupang sebagai narasumber dalam kegiatan ini.
Abdi Keraf mengatakan, fenomena gantung diri marak terjadi belakangan ini karena adanya masalah. Masalah sendiri terjadi karena ada kesenjangan antara ekspektasi atau harapan yang tidak sejalan dengan kenyataan.
Dikatakannya, dalam tugas pelayanan sebagai guru yang profesional, guru dituntut untuk To Be dalam teori empat pilar pendidikan Montesoi. Learning to do, learning to be, learning to live with, maka guru harus berada di empat pilar tersebut.
Abdi mengimbau para guru BP untuk memelajari apa fenomena yang sedang terjadi. Apa yang melandasi anak generasi hari ini lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya. “Apakah karena pendidikan berkontribusi, apakah orang tua, ataukah lembaga pendidikan, tempat anak anak datang menimba pendidikan,” trgad Abdi Keraf.
Ia menjelaskan, ada Kecenderungan anak muda saat ini menyimpan segudang persoalan hingga muncul tindakan yang dinilai nakal di sekolah. Karena itu, lingkungan sekitar dituntut untuk tidak turut menekan kondisi psikologis anak dengan tindakan represif.
“Lingkaran keluarga anak perlu peka pada sinyal-sinyal yang ditunjukan baik lisan maupun tulisan oleh anak muda. Sinyal-sinyal yang dipandang sang anak hendak mengakhiri hidupnya jangan dipakai untuk bercanda,” ujar Abdi Keraf.
Dalam kesempatan itu, Abdi Keraf mengingatkan pentingnya melatih kemampuan individu mengolah stres, sebab tak jarang stres ditangani dengan distres atau cara negatif. Ada pula stres dapat pula diatasi dengan eustres atau cara positip.
Ia juga mengajarkan pentingnya para guru Bp mengajarkan kemampuan mengendalikan emosi, marah, benci atau jengkel atau social emotional learning.
Menurutnya, kesehatan mental dapat dipengaruhi faktor genetik, pengalaman traumatis yang disebabkan akumulasi dari kekerasan psikis yang terus menumpuk. Guru BP juga wajib membedakan mana konsekwensi dan mana hukuman.
Sementara itu, Erlina Dangu, Manager Program Implementasi Area Lembata, Plan Indonesia, mengatakan,
Kesehatan mental adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, sering kali berperan lebih besar daripada kesehatan fisik itu sendiri. Meskipun sering kali terabaikan, kondisi mental yang baik memungkinkan seseorang untuk mengelola stres, berhubungan dengan orang lain, dan berfungsi dengan baik dalam berbagai aspek kehidupan.
Remaja banyak mendapat tantangan baik dari diri mereka sendiri maupun dari lingkungan, apabila remaja tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi maka akan berakhir pada berbagai masalah kesehatan yang begitu kompleks sebagai akibat dari perilaku berisiko yang mereka lakukan termasuk prilaku berisiko remaja di kabupaten dan persoalan remaja yang mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.
Kegiatan dilaksanakan selama tiga hari dengan materi peningkatan kapasitas dan dukungan kesehatan mental kepada guru bimbingan penyuluhan di sekolah, kepada anak Remaja SC yang ada di Kota Lewoleba maupun kepada staf PLAN YPII sangat penting didiskusikan agar dapat memberikan dukungan bagaimana penanganan gangguan kesehatan mental yang dihadapi baik oleh peserta didik maupun tekanan yang dihadapi dalam kehidupan bagi anak remaja dan bagi staf Plan PIA Lembata.
Erlina menyebut, tujuan peningkatan kapasitas untuk kesehatan mental bagi guru BP adalah, neningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru BP terkait kesehatan mental; meningkatkan kepercayaan diri guru BP dalam membantu mengurangi risiko mengalami gangguan kesehatan mental bagi peserta didik, memberikan perpektif baru atau metode baru kepada guru BP dalam menghadapi masalah gangguan kesehatan yang dapat membantu meringankan beban mental.
Selain itu kepada guru BP, peningkatan kapasitas kesehatan mental juga dilaksanakan Plan bagi remaja.
“Tujannya agar anak atau remaja dampingan, memahami tentang pentingnya kesehatan mental dan cara menjaga kesejahteraan emosional mereka, memahami dampak dari masalah kesehatan mental yang terjadi pada remaja, khususnya remaja SC di PIA Lembata. Pelatihan juga bertujuan agar remaja SC mampu mengekspresikan diri mereka secara kreatif, membangun rasa kebersamaan dan dukungan sosial di antara remaja. Remaja dapat menjadi support system bagi sesama remaja,” ujar Erlina.
Selain itu, Plan juga meningkatkan kapasitas kesehatan mental bagi staf Plan agar mendapatkan metode dan cara membantu dalam mengatasi pekerjaan yang dihadapi, membantu staf Plan PIA Lembata dalam merencanakan kerja-kerja dukungan terkait kesehatan mental. (Tim LembataNews)