LEWOLEBA – Hadir dalam debat publik pertama yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lembata, pasangan calon bupati dan wakil bupati Paket Tunas Petrus Kanisius Tuaq – Muhamad Nasir tampil percaya diri.
Debat yang digelar di aula Kopdit Ankara, Sabtu, 26 Oktober 2024 itu, Kanis Tua dan Muhamad Nasir hadir mengenakan baju putih dipadu kain tenun khas Lembata dan di kepala keduanya menggunakan daun lontar.
Sejak awal pemaparan visi misi, Kanis Tuaq – Nasir Laode begitu percaya diri mengemukakan ide-ide membangun Lembata jika dipercayakan masyarakat menjadi bupati dan wakil bupati. Keduanya juga berbagi peran dalam memberikan penjelasan dan tanggapan atas setiap pertanyaan dan jawaban dari pasangan calon lain walau dalam waktu yang terbatas yang disediakan penyelenggara debat.
Sementara pasangan calon Paket Salam Simeon Odel – Marsianus Sada Uak di nomor urut 6 tampil tenang menghanyutkan sejak pemaparan visi misi. Paslon ini juga selalu berbagi peran dalam memberikan jawaban atas pertanyaan dari semua paslon, juga berbagi waktu memberikan tanggapan.
Sedangkan Paslon nomor urut 3 Paket 7 Maret 99 Yohanes Vianey K Burin – Paulus Doni Ruing dalam setiap pernyataannya baik menjawab pertanyaan maupun menaggapi pertanyaan paslon lain, selalu mengandalkan peran Presiden Prabowo Subianto untuk membantu mewujudkan program yang diandalkan paket ini. Di paket ini pun antara calon bupati dan calon wakil bupatinya selalu berbagi peran dalam memberikan jawaban maupun tanggapan.
Berbagi peran itu juga tampak pada Paslon nomor urut 2 Thomas Ola – Gaudensius Huar Noning. Antara calon bupati dan wakil bupatinya selalu berbagi peran dalam menjawab maupun memberikan tanggapan.
Namun berbeda dengan pasangan calon nomor 1 Jimmy Sunur – Lukas Lipatama dan pasangan calon nomor urut 5 Marsianus Jawa – Paskalis Laba. Untuk kedua pasangan calon ini tampak lebih didominasi oleh calon bupatinya. Pasangan calon wakil hanya kebagian membacakan atau menyampaikan visi misi dan mengajukan pertanyaan. Sedangkan jawaban dan tanggapan sepenuhnya diambil alih oleh calon bupati.
Bahkan di pasangan calon nomor urut 1, tampak calon bupatinya mendominasi semua dan dalam jawabannya tak lagi menggunakan kata kami tetapi saya dalam setiap jawaban dan tanggapannya atas jawaban dari pasangan calon lainnya.
Banyak kalangan juga melihat debat semalam lebih kepada diskusi dan saling menyamakan persepsi. Belum terlalu tampak adu gagasan di antara para pasangan calon.

Bahkan, masih banyak jawaban dari pasangan calon yang tak sejalan dengan pertanyaan, baik yang diajukan oleh panelis, maupun oleh pasangan calon. Bahkan, mereka belum terlalu masuk lebih jauh pada kebijakan anggaran menjawab program dan kegiatan yang tertuang dalam visi misi pasangan calon.
Sempat sedikit saling serang ke pribadi pasangan calon ketika paslon nomor urut 3 mengajukan pertanyaan terkait penegakan hukum ke pasangan calon nomor urut 5 yang menyentil laporan dugaan korupsi ke KPK yang menyebutkan calon bupati Marsianus Jawa sebagai terlapor. Namun, langsung diingatkan Bawaslu melalui moderator Yohana Margaretha agar tak menyerang langsung ke pribadi pasangan calon.
Ketika pasangan calon nomor 5 mendapatkan giliran mengajukan pertanyaan terkait Perusahaan Daerah Purin Lewo, Marsinaus Jawa langsung mengajukan pertanyaan yang ditujukan kepada calon wakil bupati paket 7 Maret 99 Paulus Doni Ruing. Ini merujuk Paulus Doni Ruing pernah menjadi pimpinan di Perusahaan Daerah Purin Lewo yang saat ini mati suri.
Andri Atagoran, pegiat Pustaka Bambu mengatakan, kalau semua setuju atas sebuah pernyataan itu artinya menyamakan persepsi. Bukan debat. Kalau debat itu bagaimana cara untuk mengatasi krisis air termasuk kebijakan strategis apa yang mau dipakai untuk atasi masalah krisis air ini.
“Saya hampir tidak melihat setiap calon membeberkan kebijakan anggaran disesuaikan dengan postur anggaran, dan strategi untuk mengatasi krisis air. Pasti setiap calon punya strategi masing-masing, dan substansi perdebatannya tuh di sini. Sama halnya dengan pertanyaan bagaimana kebijakan anggaran untuk meningkatkan IPM. Semua calon jawabnya kalau IPM maka pendidikan harus ditingkatkan kualitasnya. Jawaban ini tidak menyentuh akar persoalan kebijakan anggaran dengan program kerja mumpuni untuk meningkatkan IPM Lembata. Jadi saya hopeless dengan debat semalam,” tegas Andri Atagoran. (Tim Lembatanews)