LEWOLEBA – Paket Tunas, Kanis Tuaq – Nasir Laode yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai NasDem dengan nomor urut 4 membuka kampanye hari pertama, Rabu (25/9/2024) di Zona 4, Kecamatan Nagawutun. Di hari pertama masa kampanye ini, Paket Tunas hanya berkampanye di dua titik. Titik pertama di Desa Dua Wutun, dan titik kedua di Desa Babokerong.
Pada pelaksanaan kampanye ini, ada hal yang menarik dalam Paket Tunas ini, yakni, mengalirnya dukungan dari sejumlah politisi partai yang tidak mengusung dan mendukung Paket Tunas.
Mereka adalah Ferdinandus Koda, politisi senior PDIP yang pernah menjadi Ketua DPC PDIP Lembata dan menjadi Ketua DPRD Lembata periode 2014-2019.
Politisi lain yang memilih hengkang dari partainya dan mendukung paket Tunas adalah Gergorius Amo. Ia politisi PKB yang baru saja menuntaskan tugasnya di DPRD Lembata dari Fraksi PKB.
Selanjutnya politisi dan mantan anggota DPRD dua periode dari PKS yaitu Haji Motong.
Lalu apa yang membuat mereka kokoh mendukung Paket Tunas, berikut penuturan ketiganya.

Ferdi Koda, Politisi PDIP saat didaulat berkampanye di Desa Babokerong, Kecamatan Nagawutun menegaskan, Kabupaten Lembata sudah berjalan dan waktupun berjalan terus hingga memasuki usia ke-25 tahun, perak Lembata.
“Ini catatan bagi kita berjalan ke depan tapi lihat ke belakang apakah sudah sejahtera dan capai hasil atau belum. Pilkada momen menentukan masa depan. Terima kasih partai pengusung yg sudah memilih orang yang tepat. Kanis dan Nasir bukan orang yang sangat luar biasa, mereka ini biasa-biasa saja. Untuk membuat pasti dan mencapai kesejahteraan jangan sampai NTT nasib tidak tentu, tapi pastikan NTT, nelayan tani ternak itu pasti,” kata Ferdi Koda, dan menegaskan, “Saya ini seorang tokoh PDIP yang sangat komitmen tapi keluar karena semata mau dukung dua orang ini karena tahu dua orang ini akan bawa keluar dari kemiskinan dan kemelut yang dialami selama ini. Mereka dua sangat cocok, tidak pilih sekadar omong tapi yang sudah buat. Pak Kanis ini dia ada kebun dan ada hasilnya. Tidak sekadar omong. Pak Nasir sudah berbakti dan mengabdi di Lembata hidup dan tahu masalah di Lembata”.

Maka, mendukung keduanya tidak salah. Karena itu, lanjutnya, pada 27 November nanti, tidak salah untuk memilih keduanya.
“Kalau ada anggota datang bawa uang, jangn terima oluangnya dan jangn pilih orangnya. Ingat kita ini orang bermartabat,” tegas Ferdi Koda.
Sementara Gergorius Amo, politisi dan mantan anggota DPRD periode 2019-2024 dari PKB mengatakan, mendukung Paket Tunas bukan baru dilakukan setelah selesai di DPRD. Sikap itu sudah diambil sejak masih aktif di DPRD.
“Membangun Lembata butuh orang yang punya hati, butuh orang yang mengenal masalah, mengenal potensi yang bisa menjawab masalah. Potensi pertanian, peternakan, kelautan, potensi sumberdaya manusia (SDM), bagaimana bisa selesaikan masalah maka harus kenal masalah dan potensi. Mereka (Paket Tunas) punya hati untuk itu. Saya punya keyakinan mereka dua bisa selesaikan masalah di Lembata,” tegas Gergorius Amo.
“Saya kader PKB dan berani memposisikan diri di Paket Tunas karena masalah begitu banyak dan mari titipkan ke dua calon yang sudah tidak asing lagi. Sudah sering bersama kita,” tegasnya.

“Di Kedang sudah konsolidasi dan disambut luar biasa. Kedang yang solid. Bapa mama mereka tahu, calon dari Kedang lebih dari satu, dan inilah hajatan semua punya hak yang sama dan bagaimana memastikan itu tanggung jawab moril kita. Kanis bagian dari keluarga Nagawutun, dia tinggal di Nagawutun, saya sangsikan kalau Babokerong tidak pilih dan tidak lebih dari 80 persen maka saya ajak Kanis mari kita pulang kampung. Saya titipkan dia jadi bagian masyarakat bapa mama sekalian dan minta dukungan di 27 November,” katanya disambut siap oleh masyarakat Babokerong.
Politisi PKS Haji Motong mengatakan, malam ini pohon Rita jadi saksi sejarah. Apa yang dihasilkan malam ini untuk Lembata lebih baik. 25 tahun berotonomi, sejak kepemimpinan almarhum Ande Manuk sampai almarhum Yance Sunur. Ikuti dari periode ke periode dan hari ini Tunas hadir memberi jawaban dan kepastian Lembata hara dien (lebih baik).
Dikatakannya, selama ini sudah bergerak dari kampung ke kampung, desa ke desa di Kedang dan mereka sambut dengan gong gendang. Ada yang menangis di pinggir jalan. Tunas jadi harapan tumpuan 80 persen NTT (nelayan, tani, ternak).
Paket Tunas, lanjutnya, akan membawa amanah masyarakat. Mereka hadir sebagai pemimpin yang hadir tidak untuk mencari kekuasaan, tidak hadir untuk memperkaya diri, tetapi mereka adalah pemimpin yang melayani karena pemimpin adalah pelayan. (Tim LembataNews)