LEWOLEBA – Masyarakat Kedang yang mendiami lereng Gunung Uyelewun dahulu kala, sebelum mengenal alat musik gong dan gendang, telah terlebih dahulu memiliki alat musik tradisional yang dibuat dari bambu.
Alat musik tradisional Tatong yang diangkat kembali almarhum Frans Paya bersama sanggar seninya merupakan salah satu alat musik tradisional asli Kedang yang masih bertahan sampai kini dan menjadi salah satu ikon alat musik tradisional asli Kedang.
Saat karnaval budaya, masyarakat Desa Leuwayan bahkan mengarak Tatong dan diletakkan di samping panggung pentas seni dan budaya Kedang.
Selain Tatong, masyarakat Kedang juga memiliki alat musik tradisional asli yakni Edang dan Noreng.
Tiga alat musik tradisional asli Kedang inilah yang dijadikan ikon saat Festival Uyelewun yang digelar di Hoelea, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata pada Senin, 5 Agustus 2024.
Tiga alat musik ini ditampilkan dalam pentas Tatong Kolosal di lapangan Desa Hoelea 1.

Alat musik Edang terbuat dari bilah bambu yang dibentuk memanjang dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan jari tangan.
Nureng merupakan alat musik tradisional Kedang seperti suling namun ditiup pada bagian ujung yang telah dililit dengan daun lontar.
Sedangkan Tatong merupakan alat musik tradisional Kedang yang terbuat dari bambu yang diambil bagian kulitnya dan dibentuk untuk menyerupai bunyi gong.
Alat musik tradisional asli Kedang ini dimainkan masyarakat dahulu ketika bekerja di kebun. Untuk melepas kepenatan usi bekerja, mereka memainkan Edang dn Noreng untuk menghibur hati dan melepas lelah.
Pada festival ini, terlebih dahulu dibunyikan alat musik Edang. Setelah alat musik Edang, lalu dimainkan ouka alat musik Nureng.
Setelahnya baru ditampilkan Tatong Kolosal yang dimainkan para siswa SD dan SMP.
Tatong dengan irama khas ini biasanya untuk mengiringi tarian tradisional Kedang.
Tatong yang dimainkan memantik semangat para penari untuk tampil menari dan mengundang para undangan untuk ikut menari diiringi irama Tatong. (Tim LembataNews)