LEWOLEBA – Romo Thomas Labina, tokoh agama Katolik yang juga guru Paskalis Tapobali saat di Seminari San Dominggo Hokeng, Kabupaten Flores Timur pada malam pengantar tugas Penjabat Bupati Lembata Paskalis Ola Tapobali dan Penjabat Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Lembata Maria Anastasia Bara Baje di halaman rumah jabatan Bupati Lembata, Jumat (31/5/2024) malam tadi mengatakan, dari hati yg tulus menyampaikan proficiat dan selamat kepada Penjabat Bupati Lembata dan ibu atas pelantikan.
“Terima kasih atas kerelaan menerima tugas ini,” katanya.
Dikatakannya, Paskalis Tapobali menjadi Penjabat Bupati Lembata, orang selalu katakan pemimpin itu tidak dilahirkan tetapi dibentuk. Ia sangat kenal tokoh Penjabat Bupati Lembata ini ketika dulu dia menjadi ketua kamar makan A dan B yang kalau hajatan ketua seksi konsumsi.
Di kelas, lanjutnya, Penjabat Bupati ini masuk kelompok orang pintar dan ia mengenal mereka satu persatu. Mana rangking satu sampai 11. Paskalis masuk kalangan atas bersama sejumlah nama lain termasuk Alexander Take Ofong.
Maka, lanjutnya, tidak heran pemimpin dibentuk bukan dilahirkan dan dia belajar menjadi pemimpin sejak di dalam kelas. Di lapangan pun dia mampu jadi pemain belakang dan membimbing rekan-rekannya menjadikan tim disegani.
“Jadi tidak heran kalau sekarang dia menjadi Penjabat. Dulu yang sederhana itu sekarang menjadi luar biasa,” tegasnya.
Penjabat, lanjut Romo Thomas Labina, kata dasarnya jabat, artinya sambung, jabat tangan sambung tangan, sambung hati. Penjabat menyambung kebutuhan masyarakat dengan regulasi di atasnya. Tugas menyambung kebutuhan masyarakat dengan apa yang diamanatkan oleh regulasi. Kalau penjabat tidak mampu menyambung kebutuhan masyarakat berbasis regulasi tidak disebut penjabat tapi penjahat. Tapi ia yakin Paskalis Tapobali bisa menyambungkan teks dan konteks.
“Kalau penjabat bisa sambung teks dan konteks maka orang Lamaholot bilang gelekat bukan gekat dan Paskalis jadi penjabat yang sambung kebutuhan dan regulasi,” tegas Romo Thomas.
Ia juga menyampaikan pesan untik Penjabat Bupati Lembata. Untuk ini, ia mengisahkan perjalanan dari Larantuka menuju Lembata menumpang kapal cepat. Di atas kapal cepat, ia menyampaikan pesan kepada Penjabat Bupati.
“Saya bilang Paskalis, ingat. Kita semua jadi bersih karena banyak orang tanggung kotornya. Kita semua sehat karena banyak orang rela tanggung sakitnya. Maka perhatikan mereka yang kotor dan yang sakit. Jangan relakan yang kotor dan sakit tetap jadi kotor dan sakit. Karena kita menjadi bersih dan sehat karena pengorbanan mereka yang kotor dan sakit,” paparnya.
Dia menambahkan, “Di daerah ini ada tiga dimensi likat telu (tiga tungku), Penjabat miliki tiga dimensi, jadi warga negara Indonesia duduk di meja biro tapi sebagai umat beragama Katolik duduk di meja altar, dan jadi masyarakat beradat Lamaholot duduk di meja merang”.
Sehingga, lanjutnya, duduk meja biro tidak mengambil uang karena meja biro juga mejadi altar dan merang. “Saya bisa tipu masyarakat tapi tidak bisa tipu mata yang dari atas yang selalu memantau. Kalau sadar meja biro dan meja merang maka susah untuk ambil dan di situ punya harga dan welin. Yakin di masa kepemimpinan Paskalis Lembata akan lebih maju,” kata Romo Hans dan menambahkan, “Begitu banyak pejabat, banyak yang sudah mati hanya saja belum meninggal. Mereka diberi jabatan tapi tidak untuk gelekat tapi untuk gekat. Hanya mementingkan diri,” tandas Romo Thomas Labina. (Tim LembataNews)