PEMILIHAN Umum Kepala Daerah (Pilkada) Lembata mulai menggeliat. Saat ini, partai politik peraih kursi di DPRD Lembata hasil Pemilu Legiatif 14 Februari 2025 lalu mulai membuka pendaftaran untuk menyeleksi figur-figur terbaik anak tanah Lembata.
Komunikasi politik lintas partaipun terus dilakukan. Sebab, untuk Kabupaten Lembata, tak ada satupun partai politik yang memenuhi syarat mengusung calon sendiri. Butuh koalisi. Partai Demokrat sebagai pemenang Pileg dengan empat kursi,asih membutuhkan tambahan satu kursi untuk memenuhi syarat 20 persen mengusung calon. Demikianpun Partai Golkar sebagai pemenang kedua pun masih membutuhkan tambahan satu kursi baru bisa mengusung calon.
Hal yang sama juga terjadi pada PDIP (3), PKB (3), dan NasDem (3). Disusul partai lain yang mengantongi dua kursi seperti PAN, Gerindra, serta partai lain yang hanya satu kursi yakni Perindo, Gelora, PKS, dan PKN.
Selain komunikasi politik lintas parpol, saat ini pun mulai bermunculan figur-figur potensial yang mulai secara terbuka menyatakan diri siap maju mengikuti kontestasi Pilkada Lembata. Ada politisi, ada pengusaha, ada pula dari birokrat, dan swasta. Semua mulai membangun komunikasi politik dengan parpol pemilik kuasa mengusung pasangan calon.
Ada figur yang menyatakan siap maju sebagai bakal calon bupati, ada pula yang menyatakan diri siap maju sebagai bakal calon wakil bupati.
Di tengah hiruk pikuk menuju pesta demokrasi lima tahunan ini, bermunculan pula berbagai isu. Isu paling menarik adalah isu uang, dan isu primordialisme.
Politik uang memang tak dapat dipungkiri telah menodai pesta politik tidak saja Pilkada, tetapi juga Pileg. Politik transaksional sudah dianggap seperti hal lumrah di setiap ajang pesta politik.
Dan, politik transaksional ini seakan dianggap lumrah. Buktinya, di Lembata selama proses Pileg, kendati isu ini mencuat, namun sampai hari ini tak satupun orang yang diproses karena dilaporkan menggunakan cara kotor ini untuk meraup suara.
Isu primordial, kesukuan dan etnis pun tak kalah menarik untuk dibahas. Mulai muncul etnis Edang, Lamaholot, dan etnis China. Bahkan mencuat slogan ABK dan ABC. Asal Bukan Kedang, dan Asal Bukan China.
Semoga entitas etnis, suku dan agama tak lagi dibawa-bawa ke dalam urusan politik. Biarlah yang bertarung adalah putra-putri tanah Lomblen yang siap beradu ide dan gagasan untuk membangun Lewotana – Leuauq Lembata.
Kendati tak dapat dipungkiri, bahwa dalam politik, segala macam cara ditempuh untuk mencapai tujuan, yakni kemenangan. Namun, untuk mewujudkan Lembata yang maju dan sejahtera, hendaknya tak menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Mari berpolitik secara santun dengan mengedapankan pertarungan ide dan gagasan yang akan dibawa untuk membangun Lembata.
Semoga
Redaksi